Bisnis-jabar.com, JAKARTA--Chairil Anwar, penyair yang dinobatkan sebagai
sastrawan Indonesia angkatan 45 memang tak pernah habis dibicarakan. Sosoknya
yang nyentrik dan urakan menjadi ciri khas sastrawan pada zamannya.
Sosok Chairil Anwar selalu dikaitkan dengan seorang kritikus sastra H.B
Jassin. Melalui penilaian Jassin, karya-karya Chairil yang konon tidak lebih
dari 100 itu cukup mempengaruhi kepenyairannya. Tak jarang Chairil mengirim
puisinya untuk dimuat di majalah mingguan Mimbar Indonesia yang terbit pada
1940-an.
Di mata kawannya, dalam sebuah buku yang ditulis Nasjah Djamin, yang juga
seorang sastrawan seangkatannya, Chairil diibaratkan laiknya tokoh Anwar, yang
sembrono dan kurang ajar dalam roman Achdiat Kartamihardja, Atheis. Nasjah
punya kenangan tersendiri saat pertama kali bertemu Si Binatang Jalang itu.
Nasjah bertemu Chairil di Yogyakarta pada 1947 ketika semangat revolusi
masih berkobar. Saat Nasjah bersama seniman lukis di sanggar Seniman Indonesia
Muda (SIM) seperti Zaini, A. Wakidjan, Nashar dan lainnya, Charil mampir dengan
seorang wanita bule.
Dia ingat betul Chairil mengenalkan wanita itu sebagai seorang wartawan.
Keduanya berbicara bahasa Belanda cukup pasih. Chairil juga sempat mengenalkan
S. Soedjojono pada perempuan bule itu sebagai Bapak Seni Lukis Indonesia Baru.
Dalam buku tersebut, Nasjah lebih mengedepankan penjelasan kehidupan Chairil
selama berkesenian dengan para seniman sezamannya. Gayanya yang bohemian, seolah
ingin keluar dari kemapanan hidup yang dilakoninya.
Selain dikenal sebagai penyair, Chairil juga tahu banyak seluk beluk sastra
dan seni dunia. Pengetahuannya di bidang seni bisa dilihat ketika Chairil
berapi-api berbicara tentang kesenian dengan rekannya sesama seniman.
Dia juga merupakan seorang yang rajin berkunjung ke ruang Balai Pustaka,
tepatnya di ruang redaksi yang dipimpin pelukis Baharudin. Di percetakan Balai
Pustaka, Chairil menguasai laiknya rumah sendiri. Dia datang seenaknya, duduk,
bicara ngalor-ngidul hingga marah-marah.
Di ruang itu, yang menjadi sasaran adalah Baharudin. Chairil kerap meminjam
uang kepada Baharudin jika dirinya sedang tidak punya uang. Beruntung, Chairil
selalu diberi pinjaman sekadar untuk makan. Sekalipun Baharudin sedang kempes,
Chairil terus membuat seribu alasan agar Baharudin meminjamkan uangnya.
Kelakuan sehari-hari Chairil memang banyak ditonjolkan dalam buku Hari-hari
Akhir Si Penyair, yang dicetak untuk kedua kalinya ini. Buku ini terbit pertama
kali pada 1982. Nasjah, sang penulis, banyak menggambarkan sosok Chairil
melalui pandangan mata ketika sedang bersamanya dan rekan seniman lainnya.
Dalam buku ini juga dijelaskan kebiasaan Chairil membawa catatan berisi
puisi yang ditulis tangannya ke mana pun dia pergi. Dalam setiap perkumpulan
sesama seniman, Chairil selalu menjadi pusat perhatian karena sering berulah
aneh dan terkadang menjengkelkan.
Namun, kepenyairan Chairil tidak diimbangi dengan kondisi kesehatannya yang
buruk. Pernah suatu hari, ketika Nasjah sedang makan di sebuah warung dengan
Chairil, tiba-tiba perut penyair itu sakit dan terasa melilit hingga Chairil
buang air besar campur darah.
Sampai akhirnya teman sesama seniman, Sam Soeharto membawa Chairil ke Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta yang dulunya dikenal dengan sebutan Centraal
Burgerlijk Ziekenhuis (CBZ).
Tidak diketahui persis penyakit apa yang dialami Chairil, yang jelas saat
itu dia diopname selama hampir seminggu.
Tepat pada 28 April 1949, Soeharto mengabarkan ke para seniman yang tengah
berada di Sanggar Affandi perihal kepergian penyair besar itu. Hingga akhirnya
pada 29 April 1949, Chairil Anwar, Si Binatang Jalang dikebumikan di Pemakaman
Karet Bivak, Jakarta Pusat.
Pada hari berkabung itu, Jakarta tengah terkena sengatan matahari sangat
terik. Rombongan pengantar jenazah dari mulai para seniman hingga siswa sekolah
memadati kuburan.
Penyair besar yang sempat menuliskan sepenggal sajaknya berjudul Yang
Terampas dan Yang Putus dengan larik: Di karet, di Karet, sampai juga deru
dingin, itu seakan telah meramalkan kematian melalui secarik puisi
karyanya.(JIBI/k29)